loading…
Wakapolda Metro Jaya Brigjen Pol Djati Wiyoto Abadhy baru-baru ini menerima mutasi jabatan yang penting. Ia ditunjuk sebagai Kapolda Kalimantan Utara (Kaltara) untuk menggantikan Irjen Pol Hary Sudwijanto. Penunjukan ini menandai langkah baru dalam kariernya di dunia kepolisian.
Pada tanggal 5 Agustus 2025, Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo melakukan mutasi besar-besaran di tubuh Polri. Dengan mengganti tujuh kapolda, termasuk Kaltara, proses mutasi ini menjadi kabar hangat di kalangan publik. Ini bukan sekadar pergantian jabatan, tetapi juga menunjukkan dinamika dan strategi di internal kepolisian.
Mutasi Jabatan dalam Kebijakan Polri
Mutasi dalam institusi kepolisian adalah hal yang umum dan diperlukan untuk menjaga dinamika serta kinerja organisasi. Dalam mutasi terbaru, ada 61 personel yang dipindahkan berdasarkan Surat Telegram bernomor ST/1764/V/KEP./2025. Dari jumlah tersebut, 7 di antaranya adalah kapolda yang baru dilantik. Ini menunjukkan langkah strategis Kapolri dalam melihat kebutuhan di lapangan dan merespons tantangan yang ada.
Data menunjukkan bahwa pergeseran jabatan ini tidak hanya berlaku bagi posisi kapolda, tetapi juga meliputi 8 personel PJU Mabes Polri, 3 IB/Irjen Pol, 13 IIA/Brigjen Pol, dan 3 IIB1/Kombes Pol. Proses mutasi ini terlihat sistematis dan membawa angin segar bagi jajaran kepolisian, di mana setiap perwira baru diharapkan dapat memberikan kinerja optimal di wilayah tugasnya.
Strategi dalam Mutasi dan Dampaknya
Mutasi jabatan seperti ini sering kali diiringi dengan sejumlah strategi untuk meningkatkan efektivitas kepolisian. Penggantian pemimpin di daerah-daerah tertentu, seperti Kaltara, bisa jadi adalah upaya untuk menjawab tantangan spesifik yang dihadapi di sana. Dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman, Djati Wiyoto Abadhy diharapkan dapat membawa perubahan positif.
Penting untuk dicatat bahwa pergantian kepemimpinan ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas layanan kepada masyarakat. Pemimpin baru biasanya membawa visi dan misi yang berbeda, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan wilayah yang menjadi tanggung jawabnya. Penanganan isu-isu keamanan di Kaltara, misalnya, memerlukan pendekatan yang adaptif dan responsif, dan di sinilah strategi kepolisian sangat penting.
Melihat dari pengalaman Abradhy, yang merupakan lulusan Akpol 1991, ia diharapkan mampu membawa inovasi dan pendekatan baru dalam menangani isu-isu krusial di Kalimantan Utara. Dukungan dari masyarakat juga menjadi aspek penting untuk menyukseskan misi kepolisian dalam memberikan rasa aman dan nyaman.