loading…
Pasukan keamanan di dekat pusat Al-Suwayda, Suriah, setelah pesawat tempur menyerang pada 15 Juli 2025. Foto/?zettin Kas?m/Anadolu Agency
Serangan tersebut terjadi pada tanggal 15 Juli 2025, ketika pesawat tempur Israel mengincar daerah sekitar istana presiden yang terletak di Gunung Qasioun, pinggiran Damaskus. Dalam insiden ini, diketahui bahwa Israel meluncurkan serangkaian serangan yang sangat terfokus, yang mengarah pada penghancuran gedung Staf Umum Suriah di Lapangan Umayyah.
Konflik yang Memanas di Suriah
Ketegangan antara Suriah dan Israel bukanlah hal baru. Sejarah panjang konflik ini telah berakar sejak beberapa dekade lalu, dan serangan terbaru ini hanya menambah gelombang ketidakpastian di kawasan. Seiring dengan meningkatnya ketegangan, banyak analis menilai bahwa situasi ini dapat memicu respon yang lebih agresif dari pihak Suriah.
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah bagaimana setiap serangan oleh Israel sering kali menargetkan infrastruktur militer Suriah yang dianggap mendukung kelompok-kelompok militan yang bermusuhan. Namun, respons pihak Suriah, seperti yang ditunjukkan oleh pernyataan kelompok “Red Bands,” menunjukkan bahwa ada batasan tertentu yang tidak akan mereka biarkan terlanggar. Dalam konteks ini, respon yang emosional dan tegas adalah salah satu cara untuk menyampaikan pesan kepada Israel dan kekuatan internasional lainnya bahwa Suriah siap mempertahankan kedaulatannya.
Strategi dan Respon Militer Suriah
Di balik serangan yang terus-menerus ini, terdapat strategi militer yang lebih kompleks. Pihak Suriah tidak hanya berfokus pada pertahanan diri, tetapi juga melakukan upaya diplomasi dan membangun aliansi strategis dengan negara-negara lain. Melalui pendekatan ini, mereka berharap dapat menciptakan keseimbangan kekuatan di kawasan yang penuh gejolak.
Sebagai contoh, beberapa pengamat menyarankan bahwa upaya untuk mendapatkan dukungan dari negara-negara sekutu seperti Rusia dan Iran dapat memperkuat posisi Suriah dalam menghadapi Israel. Ini menjadi penting mengingat ketergantungan pihak Suriah pada bantuan militer dan ekonomi dari negara-negara tersebut di tengah tekanan yang mereka hadapi. Selain itu, kekuatan militer Suriah juga dihadapkan pada tantangan internal, di mana perpecahan di dalam tubuh angkatan bersenjata bisa memengaruhi efektivitas respons terhadap ancaman eksternal.
Serangan-serangan udara yang dilakukan oleh Israel, serta persiapan pertempuran yang dilaporkan oleh saluran berita Israel, menunjukkan bahwa konflik ini kemungkinan besar akan berlanjut. Dengan suasana yang semakin memanas, adalah penting untuk memperhatikan langkah-langkah strategis yang akan diambil oleh Suriah dan dampaknya terhadap stabilitas kawasan secara keseluruhan. Ketika ancaman meningkat, sepertinya Suriah tidak hanya akan berhenti pada pernyataan verbal, tetapi juga bersiap untuk mengambil tindakan lebih lanjut yang dapat mempengaruhi dinamika konflik di wilayah tersebut.
Dengan latar belakang serius ini, penutup yang dapat diambil adalah bahwa perdamaian di kawasan ini tidak akan mudah dicapai. Ketegangan yang meningkat hanya akan membawa dampak lebih luas yang tidak hanya memengaruhi Suriah dan Israel, tetapi juga negara-negara tetangga yang terlibat. Dalam konteks tersebut, sangat penting bagi semua pihak untuk mencari jalan dialog sebelum konflik semakin meluas dan menyebabkan kerugian yang lebih besar.