loading…
Amna al-Mufti yang berusia 12 tahun, tewas dibunuh pasukan Israel saat membawa air untuk keluarganya. Foto/ajplus
Jumlah korban yang mencengangkan dan mengerikan ini muncul ketika badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, mengatakan pada hari Selasa (19/8/2025) bahwa tidak ada tempat yang aman bagi anak-anak di wilayah kantong tersebut.
Saat ini kelaparan yang disebabkan Israel merajalela akibat blokade Israel terhadap bantuan dan pasokan medis yang sangat dibutuhkan.
Sekolah-sekolah yang dikelola PBB telah menjadi tempat penampungan bagi “ratusan ribu orang” di Gaza di tengah pemboman Israel yang terus-menerus yang telah meratakan rumah-rumah, menurut UNRWA.
“Warga Palestina telah mencari perlindungan di bawah bendera PBB, tetapi tempat penampungan tersebut justru menjadi sasaran, menjadi tempat kematian, termasuk bagi terlalu banyak anak. Tidak ada tempat yang aman bagi anak-anak di Gaza. Gencatan senjata sekarang juga,” papar badan tersebut.
Mengutip Dana Anak-Anak PBB, UNICEF, dan UNRWA, mencatat dalam lima bulan terakhir perang, sejak Israel secara sepihak membatalkan kesepakatan gencatan senjata dan melanjutkan serangan, “rata-rata lebih dari 540 anak tewas setiap bulan, menurut laporan.”
Rekaman yang diperoleh Al Jazeera menunjukkan saat-saat terakhir Amna al-Mufti yang berusia 12 tahun, yang tewas di tangan pasukan Israel saat membawa air untuk keluarganya dan untuk mengenang ayahnya.
Peringatan PBB ini muncul setelah 51 warga Palestina tewas dalam serangan Israel sejak Selasa dini hari.
Di antara mereka terdapat setidaknya delapan pencari bantuan yang tewas ketika pasukan Israel melepaskan tembakan di dekat Amerika Serikat dan lokasi distribusi bantuan GHF yang didukung Israel.