loading…
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan beserta jajaran pejabat Kota Bandung dan pihak terkait saat luncurkan program kesehatan cegah DBD.
Program ini merupakan bentuk dukungan nyata terhadap upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) yang terbilang penting, mengingat tingginya kasus DBD di beberapa wilayah. Acara peluncuran ini dilakukan pada Rabu, 02 Juli 2025, di Kiara Artha Park, Bandung, dan dihadiri oleh berbagai pejabat penting serta masyarakat.
Dengan dukungan dari berbagai pihak, program ini diharapkan dapat memberikan solusi konkret untuk menanggulangi masalah kesehatan yang sudah menjadi perhatian bersama. Bagaimana sebenarnya pengaruh program ini terhadap masyarakat Kota Bandung?
Pentingnya Edukasi Pencegahan DBD
Data terbaru menunjukkan bahwa Kota Bandung menjadi salah satu daerah dengan jumlah kasus DBD tertinggi di Jawa Barat. Menurut catatan Dinas Kesehatan, sepanjang tahun 2024, total kasus mencapai 7.447, dengan Kecamatan Buah Batu, Rancasari, Coblong, Kiaracondong, dan Arcamanik mencatatkan angka tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa edukasi tentang pencegahan DBD sangatlah mendesak.
Pencegahan DBD tidak hanya terfokus pada pengendalian vektor, tetapi juga pada edukasi masyarakat tentang cara-cara yang efektif untuk mencegah gigitan nyamuk. Salah satu metode yang dilakukan dalam program ini adalah pendekatan langsung melalui kunjungan dari rumah ke rumah oleh kader kesehatan. Dengan melibatkan 140 kader Jumantik, program ini menargetkan lebih dari 30.000 warga di tiga kecamatan padat penduduk, yakni Buah Batu, Rancasari, dan Cibiru.
Strategi dan Implementasi Program
Implementasi program pencegahan ini menggunakan pendekatan yang holistik. Edukasi tidak hanya terbatas pada penyuluhan, tetapi juga mencakup distribusi produk anti-nyamuk dan pemeriksaan jentik untuk memastikan lingkungan rumah tetap bersih dan aman dari jentik penyebab DBD. Melalui pendekatan ini, diharapkan masyarakat dapat lebih memahami pentingnya menerapkan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dengan cara ‘3M Plus’—menguras, menutup, dan mendaur ulang ditambah dengan mengoles lotion anti-nyamuk.
Penerapan strategi ini terbukti efektif, karena tidak hanya memberikan informasi, tetapi juga menciptakan kebiasaan baik di kalangan masyarakat. Dengan demikian, pencegahan DBD dapat menjadi bagian dari gaya hidup sehari-hari warga Bandung. Hal ini juga diharapkan dapat menurunkan angka kasus DBD secara signifikan dalam jangka waktu yang akan datang.
Dalam bekerja sama dengan Pemerintah Kota Bandung, program ini bukan hanya sekadar inisiatif untuk menurunkan angka kasus, tetapi juga sebagai langkah preventif untuk melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit berbahaya. Suksesnya program ini diharapkan dapat menjadi model bagi daerah lain yang juga menghadapi masalah serupa.
Dengan langkah-langkah precise dan terarah, Kota Bandung bisa menjadi contoh daerah yang berhasil dalam mengedukasi serta memberdayakan masyarakat. Apakah strategi ini akan efektif dan berkelanjutan?