loading…
Red Uncle atau Sister Hong berhasil memikat 1.600 pria. Foto/X/@rii_fan
Internet dipenuhi dengan berita mengenai skandal aneh ini yang telah mengguncang media sosial China. Berbagai kata kunci pencarian seperti “video Paman Merah”, “video viral Saudari Hong”, “skandal Nona Hong”, dan lainnya, telah populer di Google Trends serta platform media sosial seperti Weibo dan Telegram.
Siapa Red Uncle dan Sister Hong? Pria yang Menyamar Sebagai Wanita dan Memikat 1.600 Pria
1. Pria Berusia 38 Tahun dengan Penyamarannya
Dalam tengah kontroversi ini, sosok yang terlibat adalah seorang pria berusia 38 tahun dari Nanjing, Provinsi Jiangsu, yang menyamar sebagai wanita bernama “Saudari Hong”. Dia diduga telah berhasil memikat ratusan pria untuk menjalin hubungan intim dan secara diam-diam merekam momen tersebut.
Meski laporan menyatakan lebih dari 1.600 pria terlibat, pihak berwenang menyebut bahwa angka tersebut mungkin dibesar-besarkan, dan tidak memberikan konfirmasi mengenai jumlah pasti yang terlibat.
2. Identitas Ganda yang Merepotkan
Pria bermarga Jiao ini memiliki identitas ganda, baik dalam dunia nyata maupun maya. Di platform digital, ia dikenal sebagai “Sister Hong”, sementara di kalangan netizen, ia dijuluki “Paman Merah” berkat usianya yang sudah tidak muda lagi.
Jiao sangat piawai menggunakan pakaian feminin, wig, dan filter foto untuk menciptakan persona wanita. Dalam penyamaran tersebut, dia diduga merayu pria—terutama yang heteroseksual—melalui aplikasi kencan, dan mengundang mereka ke rumahnya dengan berpura-pura bahwa mereka akan bertemu seorang wanita.
Baca Juga: NATO Ketar-ketir, Akankah BRICS Jadi Aliansi Militer?
3. Praktik Merekam Secara Diam-diam dan Penyebaran Kuota Berbayar
Yang paling mengejutkan adalah bahwa pertemuan tersebut direkam tanpa persetujuan dari para peserta dan kemudian disebarluaskan ke grup obrolan berbayar.
Praktik ini membuat publik merasa lebih terkejut dan khawatir, karena tindakan tersebut mencerminkan masalah serius terkait privasi dan keamanan di dunia maya. Selain itu, hal ini juga menyoroti risiko yang harus dihadapi dalam penggunaan aplikasi kencan dan interaksi di dunia digital.
Dalam dunia yang semakin terkoneksi ini, kita harus waspada terhadap potensi penipuan dan penyalahgunaan yang mengintai di setiap sudut. Kejadian ini menjadi pelajaran penting bahwa tidak semua yang terlihat di dunia maya sesuai dengan kenyataan. Masyarakat perlu lebih mendidik diri mereka tentang cara berinteraksi dengan aman dan cerdas di internet.
Situasi ini juga menunjukkan betapa pentingnya transparansi dan kejujuran dalam dunia digital. Apa yang dihadapi banyak pria dalam kasus ini adalah contoh nyata dari betapa rentannya seseorang ketika berhadapan dengan penyamaran online. Kita perlu lebih memahami konsekuensi dari tindakan kita dan lebih bijak dalam memilih siapa yang akan kita percayai di dunia maya.