loading…
Nama Bhayangkara erat dikaitkan dengan kepolisian di Indonesia yang diilhami pasukan elite Kerajaan Majapahit. Foto/SindoNews
Sejarah mencatat bahwa di masa kepemimpinan Jayanagara, muncul sejumlah pemberontakan yang dipicu oleh ketidakpuasan di kalangan pejabat kerajaan atas kepemimpinannya. Jayanagara dikenal sebagai sosok yang karismatik, namun karisma ini terkadang membawa dampak negatif, menciptakan ketegangan yang bisa meledak menjadi konflik. Pemberontakan pertama yang signifikan terjadi saat Sri Maharaja Wiralandagopala Sri Sundarapandya Dewa Adhiswara atau Jayanagara terpaksa harus menghadapi upaya kudeta oleh Ra Kuti.
Keberadaan Pasukan Elite dalam Mengatasi Pemberontakan
Ra Kuti, sosok yang terlibat dalam pemberontakan tersebut, adalah seorang pejabat yang belum purna menjabat sejak era Raden Wijaya. Ketidakpuasan ini berakar dari berbagai faktor, termasuk kebijakan Jayanagara yang dianggap terlalu menguntungkan segelintir pihak. Dalam situasi genting ini, Jayanagara terpaksa meninggalkan ibu kota di tengah malam untuk menghindari penangkapan. Keberangkatan Jayanagara tidak diketahui oleh banyak orang, menambah kompleksitas situasi yang dihadapinya.
Dari buku “Gajah Mada Sistem Politik dan Kepemimpinan,” dijelaskan bahwa perjalanan Jayanagara pada malam tersebut diiringi oleh 15 pasukan elite Bhayangkara yang dipimpin oleh Gajah Mada. Para pasukan ini memiliki peran krusial dalam menjaga keamanan raja, memastikan bahwa ia dapat melarikan diri dengan selamat dari pengkhianatan yang mengancam.
Peran Gajah Mada dan Kesiapsiagaan Pasukan Bhayangkara
Di balik keberhasilan menjaga keselamatan Jayanagara, Gajah Mada memainkan peranan yang tidak dapat diabaikan. Sebagai komandan dari pasukan Bhayangkara, Gajah Mada dituntut untuk menunjukkan kepemimpinan yang cakap dan strategi yang cerdas. Kesiapsiagaan pasukan elite ini menunjukkan betapa pentingnya perencanaan dan eksekusi yang matang dalam menghadapi situasi kritis. Mereka tidak hanya berfungsi sebagai pengawal, tetapi juga sebagai pelindung yang siap bertindak dalam menghadapi ancaman langsung.
Dalam konteks modern, inspirasi dari kepemimpinan Gajah Mada dan pasukan Bhayangkara itu dapat diadopsi dalam berbagai aspek. Model kepemimpinan yang responsif, strategis, dan berorientasi pada pengabdian kepada masyarakat masih relevan hingga kini. Penerapan nilai-nilai seperti kedisiplinan, keberanian, dan tanggung jawab dalam konteks kepolisian masa kini juga sangat bergantung pada warisan sejarah ini.
Dengan mengkaji lebih dalam tentang hubungan antara sejarah dan pengembangan institusi, kita bisa memahami betapa berartinya pengalaman masa lalu dalam membentuk sistem keamanan dan kepemimpinan yang ada saat ini.