• Hubungi Kami
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
  • Tentang Kami
No Result
View All Result
  • Login
Perskita.id
  • Home
  • Nasional
  • International
  • Daerah
  • Lifestyle
  • Ekbis
  • Home
  • Nasional
  • International
  • Daerah
  • Lifestyle
  • Ekbis
No Result
View All Result
Perskita.id
No Result
View All Result
Home Daerah

Sejarah Penggunaan Kalender Jawa pada Masa Sultan Agung di Mataram

Sejarah Penggunaan Kalender Jawa pada Masa Sultan Agung di Mataram

loading…

Penggunaan kalender Jawa konon mulai dikembangkan di era Sultan Agung saat berkuasa di Kerajaan Mataram Islam. Foto/SindoNews

SEMARANG – Penggunaan kalender Jawa muncul pada masa pemerintahan Sultan Agung di Kerajaan Mataram Islam, yang menjadi titik penting dalam sejarah budaya masyarakat Jawa. Selama masa pemerintahannya, Mataram mencapai puncak kejayaan dan ekspansi wilayah yang signifikan, meliputi berbagai area di Pulau Jawa, termasuk daerah pesisir hingga pedalaman.

Sultan Agung, yang merupakan pengganti Pangeran Hanyakrawati, adalah raja ketiga dari Kesultanan Mataram. Nama lengkapnya adalah Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrokusumo. Di bawah kepemimpinannya, kerajaan berkembang pesat menjadi kekuatan besar di Pulau Jawa. Dalam konteks ini, penciptaan kalender Jawa Islam menjadi salah satu keputusan strategis yang menghubungkan masyarakat dengan identitas budaya dan agama.

Bagaimana cara kalender ini diintegrasikan ke dalam kehidupan masyarakat saat itu? Apakah pengaruhnya masih terasa di masa kini? Menarik untuk ditelusuri lebih jauh bagaimana kalender jawa ini terbentuk dan berkembang.

Sejarah Kalender Jawa dan Asimilasi Budaya

Kalender Jawa merupakan hasil dari asimilasi antara dua sistem penanggalan yang berbeda, yaitu Kalender Hijriyah Islam yang digunakan oleh masyarakat yang tinggal di pesisir dan Kalender Saka yang dipakai oleh masyarakat pedalaman. Integrasi kedua sistem ini menciptakan Kalender Jawa Islam, yang menjadi simbol persatuan bagi rakyat Mataram. Kalender ini dimulai dengan bulan Suro, yang memiliki makna penting dalam tradisi Jawa.

Berdasarkan catatan sejarah, pada masa Sultan Agung, Mataram tidak hanya berkembang dari segi politik, tetapi juga dari segi budaya dan spiritual. Penggunaan Kalender Jawa ini mempermudah masyarakat dalam mengatur aktivitas sehari-hari mereka, dari kegiatan pertanian hingga perayaan keagamaan. Kalender ini tidak hanya berfungsi sebagai alat penanggalan, tetapi juga mengikat masyarakat dalam satu identitas budaya yang kuat.

Era Sultan Agung dan Resistensi terhadap Kolonialisme

Di tangan Sultan Agung, Kerajaan Mataram menjadi simbol penentangan terhadap kolonialisme. Strategi politik dan kebijakan yang diterapkan pada masa itu meningkatkan kesadaran dan solidaritas masyarakat terhadap ancaman luar. Penggunaan Kalender Jawa menjadi bagian dari filosofi perjuangan ini. Dengan menciptakan sistem yang unik, Sultan Agung memperkuat posisi kerajaan di mata rakyatnya dan menampilkan identitas yang berbeda dari kekuatan kolonial Belanda yang sedang berkembang.

Kalender Jawa ini pun tidak hanya berdampak pada aspek praktis dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga menjadi medium pembelajaran dan pengingat akan sejarah yang telah dilalui oleh masyarakat Jawa. Sebagai contoh, perayaan-perayaan yang berdasarkan kalender ini sering kali menyiratkan nilai-nilai kebudayaan serta pengajaran moral yang dapat dipetik oleh generasi muda. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun zaman telah berganti, akar sejarah dan budaya tetap dapat terjaga dan dipelajari melalui sistem penanggalan ini.

Dalam konteks modern, masih terdapat berbagai upaya untuk melestarikan tradisi dan pengetahuan mengenai Kalender Jawa. Masyarakat kini lebih sadar akan pentingnya mengintegrasi rasa cinta terhadap budaya lokal dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam perayaan-perayaan yang berkaitan dengan kalender ini. Itu sebabnya, kita dapat melihat gerakan yang mendorong pengenalan kembali Kalender Jawa di berbagai komunitas sebagai bagian dari pelestarian warisan budaya.

Pengembangan Kalender Jawa bukan hanya sekadar hal teknis, tetapi juga tentang bagaimana meneruskan nilai-nilai sejarah dan budaya yang telah ada. Seirama dengan perkembangan zaman, masyarakat mungkin harus menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan global, namun menjaga identitas budaya melalui penanggalan ini tetap menjadi hal yang penting untuk keberlangsungan warisan sejarah.

Previous Post

Keduanya Tampilkan Suara Perempuan Kuat Lewat Single Berdaya Diri

Next Post

Iran Tidak Pindahkan Uranium Sebelum Serangan AS

Kategori

  • Daerah (94)
  • Ekbis (94)
  • International (93)
  • Lifestyle (92)
  • Nasional (94)

RekomendasiNews

Bermain Bersama Shaun The Sheep, Grand Galaxy Park Tawarkan Liburan Seru Bertema Peternakan

Bermain Bersama Shaun The Sheep, Grand Galaxy Park Tawarkan Liburan Seru Bertema Peternakan

Evaluasi SPMB 2025, Komisi X DPR Undang Mendikdasmen Minggu Depan

Evaluasi SPMB 2025, Komisi X DPR Undang Mendikdasmen Minggu Depan

Anggota Polres Intan Jaya Dianiaya OTK, Diduga KKB sebagai Pelaku

Anggota Polres Intan Jaya Dianiaya OTK, Diduga KKB sebagai Pelaku

Silsilah Sunan Kalijaga dari Keturunan Pejabat Bangsawan Majapahit

Silsilah Sunan Kalijaga dari Keturunan Pejabat Bangsawan Majapahit

Muda Mudi Banjarmasin Tunjukkan Bakat di Audisi Indonesian Idol XIV

Muda Mudi Banjarmasin Tunjukkan Bakat di Audisi Indonesian Idol XIV

17 Perwira Tinggi Polri Naik Pangkat, Winarto Resmi Jadi Komjen Pol

17 Perwira Tinggi Polri Naik Pangkat, Winarto Resmi Jadi Komjen Pol

Sidebar

Perskita.id

© 2025 www.perskita.id. Seluruh hak cipta dilindungi undang-undang.

Navigate Site

  • Hubungi Kami
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • International
  • Daerah
  • Lifestyle
  • Ekbis

© 2025 www.perskita.id. Seluruh hak cipta dilindungi undang-undang.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In