loading…
Aksi demonstrasi damai mahasiswa di DPRD Jabar berubah menjadi anarkistis, Senin (1/9/2025). Peristiwa itu terjadi akibat kelompok tak dikenal menyusup di tengah aksi. Foto: Agus Warsudi
Dalam rentang waktu singkat, situasi tenang menjadi kacau akibat kehadiran kelompok yang tidak dikenal. Mereka bukan hanya menyusup dalam barisan tetapi juga membawa serta kekacauan yang merusak tujuan asli dari aksi damai tersebut.
Transformasi Demonstrasi Damai menjadi Anarkisme
Aksi damai yang awalnya memperjuangkan kebijakan publik secara konstruktif beralih menjadi kekacauan. Mahasiswa yang hadir dengan harapan menyampaikan aspirasi mereka malah harus berhadapan dengan tindak kekerasan yang tidak terduga. Informasi yang beredar menyebutkan bahwa kelompok berpakaian hitam ini tidak mengadakan orasi atau dialog, melainkan langsung melakukan tindakan anarkis. Mereka menggelar aksi provokatif dengan melemparkan molotov dan petasan ke arah spanduk besar di gerbang DPRD Jabar.
Aksi yang sangat radikal ini semakin memperkeruh suasana dan menarik perhatian lebih banyak media. Data yang dicatat oleh pengamat keamanan setempat menunjukkan bahwa perubahan sikap massa dapat terjadi dalam hitungan menit. Mahasiswa, yang sebelumnya siap berdebat dengan tenang, terpaksa berlarian untuk menyelamatkan diri dari ancaman api dan lemparan benda-benda keras. Tentunya, hal ini menjadi catatan penting mengenai perlunya pengawasan lebih ketat dalam aksi-aksi serupa mendatang.
Strategi Menghadapi Situasi Tak Terduga dalam Aksi Demo
Setiap aksi demonstrasi memerlukan perencanaan dan strategi yang matang untuk menghindari insiden tidak diinginkan. Pertama, pentingnya pendampingan dari pihak keamanan untuk menjaga agar aksi tetap berjalan damai. Selain itu, penyediaan jalur evakuasi dan penguatan komunikasi antara peserta juga menjadi aspek krusial untuk mencegah chaos. Taktik de-escalation atau meredakan ketegangan harus menjadi prioritas yang tidak dapat diabaikan.
Ada baiknya juga para koordinator aksi melakukan briefing sebelum acara dimulai, menekankan pada peserta untuk tetap tenang dan bertindak rasional meskipun provokasi terjadi. Hal ini akan memudahkan pengendalian situasi dan membantu mencegah terjadinya tindakan bertindak anarkis oleh sekelompok orang yang tidak bertanggung jawab. Dalam hal ini, edukasi terhadap peserta aksi mengenai hak dan kewajiban dalam menyuarakan pendapat dapat meningkatkan rasa tanggung jawab mereka.
Situasi yang terjadi di DPRD Jabar adalah pengingat keras akan pentingnya kehati-hatian dalam mengelola aksi protes. Tidak jarang massa merasa terprovokasi ketika menghadapi situasi yang tidak diharapkan, sehingga komunikasi yang baik dan manajemen risiko menjadi faktor yang sangat penting untuk dipertimbangkan. Akhirnya, kesadaran akan potensi terjadinya infiltrasi oleh pihak yang tidak berwenang menjadi sorotan utama bagi semua pihak yang ingin berpartisipasi dalam aksi damai.
Penutup, jelas bahwa demonstrasi damai bisa dengan mudah berubah menjadi situasi yang berbahaya tanpa pengaturan yang baik. Pelajaran berharga yang bisa diambil dari kejadian ini adalah bahwa ada sejumlah faktor yang perlu dipertimbangkan agar aksi penyampaian aspirasi tidak hanya berfungsi sebagai wadah mengekspresikan pendapat publik, tetapi juga dapat berjalan dengan aman dan terkendali.