loading…
Mantan Ketua MK, Mahfud MD buka suara terkait usulan agar mantan Presiden Soeharto mendapat gelar pahlawan nasional. Dia menyebut setiap pemimpin memiliki jasa masing-masing. Foto/Ary Wahyu Wibowo
“Silakan saja diproses. Menurut saya, setiap pemimpin memiliki jasa-jasanya sendiri. Punya kebaikan dan kekurangannya untuk negara,” tegas Mahfud MD saat memberikan orasi ilmiah dalam acara Lustrum ke-9 Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Solo, Sabtu (21/6/2025).
Baca juga: Layakkah Soeharto Diberi Gelar Pahlawan Nasional?
Pernyataan tersebut mencerminkan pandangan yang lebih terbuka mengenai penilaian terhadap seorang tokoh politik. Dalam konteks sejarah Indonesia, Soeharto adalah figura yang tak terpisahkan dari jalannya reformasi dan pembangunan, tetapi juga tidak lepas dari kritik terkait pelanggaran hak asasi manusia serta otoritarianisme.
Pandangan Sejarah dan Jasa Pemimpin
Pemberian gelar pahlawan nasional adalah suatu proses yang tidak bisa dianggap sepele. Ini melibatkan evaluasi mendalam tentang kontribusi seorang tokoh terhadap negara, baik dalam segi positif maupun negatif. Dalam hal ini, Mahfud MD mengindikasikan bahwa ada mekanisme yang mengatur pemberian gelar tersebut. Tingkat keberhasilan dan dampak dari kebijakan yang dibuat oleh Soeharto sepanjang masa pemerintahannya tentu menjadi salah satu faktor krusial dalam penilaian tersebut.
Namun, konteks sejarah tak bisa hanya dilihat dari satu sisi. Dalam kacamata masyarakat, Soeharto mungkin dianggap ‘sukses’ dalam membawa pertumbuhan ekonomi dan stabilitas politik pada era Orde Baru. Namun sebaliknya, banyak kalangan menilai bahwa cara dan metode yang digunakan bisa dipertanyakan, terutama menyangkut hak asasi manusia.
Menimbang Kebaikan dan Kekurangan
Dalam diskusi mengenai sosok pemimpin seperti Soeharto, penting untuk mempertimbangkan kebaikan dan kekurangan secara seimbang. Masyarakat dihadapkan pada satu pertanyaan mendasar: bagaimana kita menilai kontribusi yang diberikan oleh seorang tokoh? Apakah kita hanya melihat dari sisi positif tanpa memperhitungkan dampak negatifnya, atau sebaliknya?
Berdasarkan data dan opini para ahli, perlu ada pendekatan yang lebih komprehensif dalam menilai setiap pemimpin. Gagasan bahwa setiap pemimpin memiliki kekurangan perlu menjadi bagian dari narasi nasional. Hal ini bisa menjadi sebuah jembatan untuk meneruskan debat sehat tentang pahlawan nasional, di mana kita tidak hanya membahas tentang kedudukan dan gelar, tetapi juga nilai-nilai etika dalam kepemimpinan.
Mahfud MD, dalam seusai orasi ilmiahnya, juga menegaskan pentingnya kesadaran kolektif masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan terhadap sejarah dan pemimpin-pemimpin yang telah memimpin Indonesia. Melalui wawasan yang lebih dalam, diharapkan dapat terbangun pemahaman yang lebih baik terhadap jasa masing-masing pemimpin.
Dalam penutupnya, mendiskusikan perlunya pahlawan nasional seperti Soeharto merupakan hal yang wajar dalam ruang sosial masyarakat. Dengan penilaian yang jujur dan objektif, diharapkan generasi mendatang dapat memahami dan memetik pelajaran dari sejarah tersebut, serta membangun masyarakat yang lebih baik.