loading…
Ada 5 negara Asia yang tidak mengakui Palestina sebagai negara, salah satunya tetangga Indonesia. Foto/Ilustrasi.
Fakta ini menjadi ironi, mengingat Asia sering disebut sebagai benua dengan solidaritas tinggi terhadap perjuangan dekolonisasi dan kemerdekaan bangsa-bangsa tertindas.
Dari 51 negara yang secara geografis dan politik termasuk dalam kawasan Asia, sebanyak 46 di antaranya telah mengakui Palestina sebagai negara berdaulat. Namun, 5 di antaranya tetap enggan memberikan pengakuan formal, walaupun sebagian di antaranya tetap menunjukkan dukungan secara simbolik atau kemanusiaan.
Baca Juga: 5 Negara Asia yang Diam-diam Dukung Israel, Salah Satunya Mayoritas Muslim
5 Negara Asia yang Tidak Mengakui Negara Palestina
1. Jepang, antara Kepentingan Global dan Sikap Moderat
♦Status: Belum mengakui Negara Palestina secara resmi
Sebagai negara ekonomi terbesar kedua di Asia, Jepang memilih jalur diplomasi hati-hati. Tokyo mendukung solusi dua negara dalam konflik Israel-Palestina dan aktif memberikan bantuan ekonomi kepada Otoritas Palestina, termasuk proyek pembangunan infrastruktur dan pendidikan.
Namun, negara samurai ini belum pernah secara formal menyatakan pengakuan terhadap Negara Palestina. Dalam forum internasional, Jepang kerap abstain dalam resolusi yang menyangkut status kenegaraan Palestina. Keputusan tersebut diyakini karena aliansi erat Jepang dengan Amerika Serikat dan kebutuhan menjaga hubungan dagang dengan Israel.
Sekadar diketahui, Jepang memiliki kantor perwakilan diplomatik di Ramallah, tetapi tidak menjalin hubungan diplomatik setingkat negara.
2. Afghanistan, Menghadapi Dinamika Politik Internasional
♦Status: Belum ada pengakuan resmi
Afghanistan menghadapi tantangan politik dan ekonomi yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun ada harapan untuk dukungan internasional, negara ini tidak memberikan pengakuan resmi terhadap Palestina. Sebagian besar, ini disebabkan oleh keadaan internal yang krusial dan ketidakstabilan politik.
Tentunya, Afghanistan memiliki hubungan historis dengan Palestina, tetapi kondisi yang ada telah mempersulit sikap politik yang konsisten. Dalam banyak forum internasional, keterlibatan negara ini cenderung minimal, menyoroti tantangan yang harus dihadapi sebelum bisa mengambil langkah formal.
3. Myanmar, Perjuangan Internal yang Menghambat Pengakuan
♦Status: Belum mengakui secara formal
Myanmar saat ini sedang berjuang menghadapi krisis dan konflik internal yang berkepanjangan. Dalam situasi seperti ini, pengakuan terhadap Palestina bukanlah prioritas utama. Kesulitan dalam membangun stabilitas internal menjadikan pengakuan akan status Palestina tidak menjadi fokus bagi pemerintah Myanmar.
Kendati demikian, ditengah permasalahan dalam negeri, isu-isu kemanusiaan, termasuk yang dialami oleh rakyat Palestina, seringkali mendapatkan perhatian. Namun, itu tidak berujung pada pengakuan resmi. Pengakuan tersebut sepertinya terhalang oleh situasi politik yang sensitif dan kompleks.
4. Bhutan, Fokus pada Stabilitas Dalam Negeri
♦Status: Tidak ada pengakuan resmi
Bhutan merupakan negara kecil yang dikenal akan kebijakan luar negeri yang sangat hati-hati. Negara ini secara tradisional memprioritaskan stabilitas dan kesejahteraan dalam negeri. Pengakuan terhadap Palestina tidak terdaftar dalam agenda diplomasi Bhutan, meskipun mendukung nilai-nilai kemanusiaan yang ada di kawasan.
Langkah Bhutan dalam menjaga kedamaian dan stabilitas terkadang membatasi keterlibatannya dalam isu-isu yang lebih besar, termasuk pengakuan negara. Meskipun diplomasi Bhutan cenderung menahan diri, pandangan mereka terhadap Palestina tetap positif dalam konteks kemanusiaan.
5. Singapura, Relasi Strategis dengan Amerika dan Israel
♦Status: Tidak mengakui formal
Singapura merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di Asia. Negara ini memiliki relasi strategis dengan Amerika Serikat dan Israel, yang sangat berpengaruh terhadap posisinya dalam isu pengakuan Palestina. Singapura mendalami hubungan diplomatik yang erat dengan kedua negara tersebut, sehingga pengakuan terhadap Palestina menjadi isu yang rumit.
Walaupun secara kebijakan luar negeri Singapura banyak melibatkan diri dalam isu-isu kemanusiaan, pengakuan resmi terhadap Palestina tetap tidak tercapai. Ini menciptakan kondisi di mana negara ini terjebak di tengah kepentingan politik yang lebih besar.
Kesimpulan
Meskipun sebagian besar negara di Asia menunjukkan dukungan untuk kemerdekaan Palestina, ada lima negara yang masih enggan memberikan pengakuan resmi. Dinamika politik, relasi internasional, dan isu internal masing-masing negara menjadi faktor utama di balik keputusan ini. Ke depannya, harapan bagi Palestina tetap ada melalui kerjasama internasional dan dialog yang konstruktif.